Kita Berakal, maka Kita Berpikir dan Merencana

Mahasiswa UT – Kita Berakal, maka Kita Berpikir dan Merencana adalah sebuah karya dari seorang Nana Padmo. Bila merasa tertarik dengan tulisan dan pemikirannya silahkan ikuti akun sosial medianya. Karena disanalah beliau sering membagikan buah pikirannya.

***

Sudah tak terbilang, aku membaca dan mendengar orang berkata,

“Kenapa ya orang yang kaya dan sukses, malah punya anak sedikit? Sementara yang hidupnya berkekurangan malah beranak banyak?”

Aku nggak tahu darimana saja mereka mengambil sampelnya, sehingga bisa menyimpulkan begitu. Maka aku tak hendak membahas urusan statistik, di postingan ini. Karena tentu saja, banyaaaaak sekali orang yang berkecukupan yang memiliki anak banyak… dan ada banyak juga orang yang berkekurangan, tapi anaknya cuma satu.

Kalau aku ditanya soal jumlah anak, pastinya kujawab,

“Aku tahu dirilah akan kemampuanku.

Punya anak lebih dari satu? Itu jelasssss diluar kemampuanku. Untuk mendidiknya secara rasional, tanpa bentakan, tanpa aku menjadi emosional dan frustrasi karena lelah bekerja juga. Untuk membiayainya dengan optimal. Untuk bisa traveling tanpa bikin bangkrut. Dll”

*****

Di suatu hari, aku pernah melihat salah satu boss perempuan, berlari-lari dengan sepatu hak tingginya, melintasi lobby kantor megah kami. Tangan kirinya menggenggam erat tas kulit berharga puluhan juta, satu tangannya menempelkan handphone ke telinga kanannya.

Dia berteriak,

“Iya, iyaaaa…! Sabar…! Mama sudah di jalan…!”

Dia mematikan teleponnya. Sekejab kemudian telponnya berdering, dan dia menjawab panggilan itu sambil menggerutu,

“No don’t…! I have too much on my plate right now..!”

Dia menyelinap ke balik pintu kaca, lalu menghilang ke sebuah mobil mewah yang telah menunggu di pelataran. Tapi energi kemrungsungnya, masih tertinggal di ruangan…

Baca juga:   Cara Memilih Softlens untuk Mata Minus Agar Mata Tidak Infeksi

Dalam diam aku menghirup kopi hitamku di cafe yang terletak di pojokan lobby.

Menunduk, kupandangi piring putih berisi empat potong sandwich, masing-masing merupakan tumpukan 3 lembar roti.

“I have too much on my plate right now.”

Kata-kata itu terngiang-ngiang di dalam batok kepalaku……

Bahkan ketika kau sedang disuguhkan makanan kesukaanmu sekalipun, tapi jika porsinya melebihi kemampuanmu untuk menghabiskannya, dan kamu diwajibkan untuk menuntaskanya dalam sekejab, makanan itu tak akan lagi membuatmu bahagia…..

Kenapa?

KARENA KAU TIDAK BISA MENIKMATINYA, DALAM DESAKAN WAKTU….!

*****

Aku pernah menulis ke seorang perempuan yang curhat ke inboxku, tentang kerepotannya mengurus 3 anaknya, yang katanya adalah belian-berlian hatinya.

Tapi ia selalu kehabisan tenaga untuk sekadar mandi dan makan….

tidak lagi menikmati hubungan badan yang berkualitas dengan suami…

pontang-panting mengelola penghasilan yang terbatas untuk memenuhi gizi anak-anak…

tidak punya waktu untuk membantu suami bekerja menambah-nambah penghasilan… sangat lelah hayati sehingga tidak punya cukup kesabaran mendidik anak, selalu pakai mode membentak… tidur pun kurang…. boro-boro berlibur. Bisa urut badan empat bulan sekali saja, sudah mewah banget.

“Kurasa Tuhan nggak akan ngamuk lantas mengutukmu menjadi batu, jika kau memakai alat kontrasepsi atau menjadwalkan berhubungan badan di tanggal-tanggal non subur… agar anakmu tetap tiga saja…”

~ Tapi mbak, anak kan rejeki dari Allah. Aku takut menolaknya.

“Mari kita bicara dengan logika. Rahim yang subur, akan SELALU menghasilkan anak setiap kali dibuahi. Itu adalah hukum alam atas setiap makhluk. Ayam, kucing, kambing, sapi… dan tak terkecuali : kita, manusia.”

“Tanah yang subur pun demikian. Akan menghasilkan setiap kali ditanami. Tetapi petani yang bijak akan menata pola tanam, agar supplynya tidak melebihi demand dalam satu waktu, untuk menjaga kestabilan harga hasil bumi. Petani yang tidak berencana, akan mengalami surplus panen yang justru membuatnya merugi karena harga anjlok.

Baca juga:   Berpikir vs Menghapal

Sekarang, apa yang disebut rejeki itu?

Kesuburan yang tidak dikelola?

Atau kesuburan yang dikelola?

Jika Tuhan sungguh memberi kita akal, tentu kita boleh menggunakannya bukan..?

Nana Padmosaputro,
Sanur, Bali
Rabu, 9 Oktober 2019, 10:00
~ repost 16 Februari 2020, 11.27
~ repost 16 Februari 2021, 07:42

***

Ikuti Nana Padmo di:
Twitter – @NanaPadmo
Facebook – Nana Padmo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *