Mahasiswa UT – Hal yang andai saja saya pelajari ketika masih muda. Mengelola keuangan.
Dulu temen kos saya pernah bilang, “Life goal itu retire rich, retire young.” Kedengarannya aneh bagi anak kuliahan yang belum pernah kerja sama sekali tapi sudah merencanakan pensiun. Butuh waktu 20 tahun bagi saya untuk menyadari pentingnya “escape plan.” Sekarang temen saya beneran pensiun muda dan kaya.
Tujuan sebenarnya adalah punya kemerdekaan mengatur waktu/hidup. Manusia moderen gak akan benar-benar merdeka sampai mereka merdeka secara finansial. Proses “memerdekakan diri” ini bisa lebih cepat kalo sendirian/gak ada yang numpang atau kerja tim kalo udah punya pasangan.
Misal kamu udah mengorbankan masa mudamu dengan kerja keras. Kamu jual waktu dan tenaga sampai akhirnya uang itu terkumpul. Kamu berencana untuk membeli rumah sederhana dan menginvestasikan sisanya untuk usaha yang dapat mencukupi kebutuhanmu sehari-hari. Tiba-tiba, anak pamanmu pengen nikah dan gak punya biaya, atau ada saudara yang terlilit hutang karena kebutuhan-kebutuhan gak penting. Mereka datang ke rumahmu, minta orang tuamu membujukmu untuk meminjamkan uangmu.
“Kalo gak punya biaya buat nikah kenapa nikah? Lantas dengan apa kalian mencukupi kebutuhan sehari-hari? Kerja pun enggak! Kalo gak punya uang kenapa berhutang? Kalo gak punya garasi kenapa beli mobil? Kalo gak kerja kenapa ambil kredit?” tanyamu dalam hati.
Kamu tahu benar keluargamu. Kamu tahu mereka gak akan bayar tapi kamu gak sampai hati nolak permintaan orang tuamu.
Akhirnya tabunganmu hilang, masa mudamu gak kembali, dan kamu harus kembali bekerja 9-5 untuk 5-10 tahun lagi. Itupun dengan jaminan kalo gak ada lagi permintaan dari mereka.
Sebelum itu terjadi, pergi secepatnya. Cut them off. Jangan takut untuk hidup sendiri, jangan pernah bergantung, dan jangan pernah kompromi.
Hidup cuman sekali, live free.
Yang saya maksud escape plan itu rencana keluar dari rat race; kerja sampai mati. Kalo kamu nonton filem bertema perampokan/heist, rencana kabur itu lebih penting dari rencana merampoknya. Kalo aksi perampokannya kan cuman masuk, todongin senjata, ambil duitnya. Bagian kaburnya lebih rumit. Harus tahu rute keluar, harus punya safe house, harus punya alibi, dan yang terpenting; cara mencuci uangnya.
Orang kalo melamar kerja biasanya tanya benefit, tunjangan, cuti, fasilitas, dsb karena dia berencana “menetap.” Itu udah naluri pegawai. Kalo kita dapat kepastian menetap, biasanya kita tergoda untuk beli/kredit ini itu meskipun gak mampu. Kejebak deh sama rat race. Sekarang hubungan kita sama bank. In relationship the bank is the worst kind of relationship. Akhirnya kita harus kerja puluhan tahun cuman buat bayar hutang dan bunga.
Mungkin beberapa tahun pertama enak-enak aja punya penghasilan tetap, punya kantor, punya status, bisa nyicil mobil, rumah, dsb. Tapi setelah 5 tahun, kamu pasti berharap bisa bangun semaumu, tidur semaumu, kerja semaumu, main semaumu, dan menikmati hidupmu. Kenikmatan hidup sesederhana itu saja gak bisa kamu dapetin. Istri dan anak-anakmu selalu merengek pengen ini itu. “Papah sabar dulu ya, 10 tahun lagi lunas.” 2 tahun sebelum lunas, istrimu pengen nyicil yang lain lagi dan kamu harus kerja 10 tahun lagi buat melunasinya. Akhirnya kamu melewatkan hidup ini begitu saja.
Gak perlu sedih karena cara berpikir seperti itu adalah produk waktu dan lingkungan. Kita emang ditekan secara sosial harus menikah umur sekian, punya anak, bekerja, dan mati. Coba dari kecil kita tahu kalo ada pilihan hidup lain seperti yang dilakukan orang-orang di negara maju. Relationship itu pilihan. Mereka juga kerja pakai durasi, sekian tahun harus dapet berapa, karena setelah target tercapai, mereka gak mau kerja lagi. Duitnya dipakai buat investasi. Mereka menyebut grinding/hustling ketika muda itu “bayar hutang” untuk kebebasan yang akan mereka nikmati nanti.
Mereka gak niat untuk “menetap.”
Kenapa kita gak tahu hal-hal tentang keuangan kayak gini?
Karena kita sibuk menghapal pelajaran sekolah biar nanti bisa kerja pakai seragam sampai tua.
Kalo kalian masih muda, jangan takut kehilangan masa muda karena kerja keras. Masa muda itu akan selalu ada. Jangan punya mindset seperti kebanyakan orang, termasuk saya, saking takutnya kehilangan masa muda sampai gak punya masa depan. Coba dulu saya dengerin nasehat temen saya, saya pasti udah retired rich retired young, bukan broke ass old dude yang fesbukan mulu.
Kemerdekaan itu mahal, dan kemerdekaan tanpa kemerdekaan finansial itu ilusi.
Itu pentingmya escape plan.
Kalo kamu makan di lalapan ayam, pegawainya paling masih berumur belasan. Coba tanya ke mereka berapa lama mereka kerja. Kalo mereka jawab 3 tahun, berarti 2 tahun lagi mereka akan bikin sendiri. Anak-anak lulusan SMP/SMA itu cuman butuh 5 tahun, mungkin kurang, buat kumpulin modal, belajar sistemnya, cari tahu supliernya, dsb. Nanti setelah punya warung sendiri, mereka ngajak sodaranya di kampung buat bantuin atau malah jalanin cabangnya. Gitu terus. Mereka sekarang kerja buat pamannya, nanti keponakannya kerja buat dia, nanti anaknya siapa lagi kerja buat keponakannya, dan seterusnya.
Mereka itu cuman lulusan SMP/SMA tapi daya juangnya tinggi. Mereka gak coret-coret tembok, “Tuhan aku lapar.” Mereka bisa hidup bermartabat tanpa pernah menengadahkan tangan. Nasib mereka ada ditangan mereka sendiri.
Yang sarjana kayak saya, maunya kerja di ruangan ber-AC, pake kemeja rapih, makan siang di restoran, pulang kerja nongkrong di kafe. Tapi gak punya kemerdekaan, masih terima perintah orang lain, nasib ada ditangan perusahaan, dan sekalinya kena PHK, hidup langsung berantakan karena gak punya keahlian praktis/dagang.
Jangan tiru saya. Tirulah mas-mas lalapan.
***
Baca juga: Rekomendasi Pembersih Kacamata Terbaik: Jaga Kacamata Agar Tidak Buram
Powered by Inline Related Posts
Merupakan tulisan asli dari Andrey Abad.
Silahkan folow akun Facebooknya untuk tahu tulisan-tulisan lainnya.