Revolusi Industri, Sosial Media dan Ideologi

Mahasiswa UT, Revolusi Industri, Sosial Media dan Ideologi – Ngerasa gak kalo waktu berjalan semakin cepat setelah ada internet, medsos terutama? Internet itu kayak taman bermain pikiran. Sama kayak main game. Kalo pikiran sibuk sendiri, waktu berjalan semakin cepat.

Tanpa kita sadari, kita sebenernya udah gak hidup di dunia fisik. Kita ada di dunia data. Semua aktivitas fisik yang kita lakuin cuman pelengkap.

Kita gak punya kenangan apa-apa setelah ada internet karena semua kita simpen di server, gak di otak lagi. Jangankan tahun lalu, minggu lalu aja, peristiwa yang jadi perbincangan semua orang, gak kita bahas lagi. Semua cuman numpang lewat, ganti yang lain.

Coba tanya anak sekarang apa momen favoritnya setahun kemaren? Mereka gak inget. Semua peristiwa jadi biasa aja. Meskipun mereka ambil ribuan foto tiap hari tapi gak ada yang benar-benar berharga untuk diingat.

Revolusi industri 3, listrik. Revolusi industri 4, data/informasi. Listrik dan data, sama-sama gak punya dimensi dan berat.

Hard disk kosong sama yang ada isinya, beratnya sama. Batere kosong sama yang ada isinya, beratnya juga sama.

Makin canggih teknologi, makin kecil tempat penyimpanannya tapi makin besar daya tampungnya.

Kalo nanti data sekompleks DNA bisa disimpen di tempat sekecil kromosom dan bisa pindah sana-sini nebeng elektron, kita pasti unggah isi otak kita kesana trus hidup selamanya sebagai data.

Kalo kita masih terikat sama tubuh biologis, kita gak bisa pergi jauh, gak bisa hidup di tempat yang gak ada atmosfer/oksigen, gak bisa hidup tanpa makan, harus buang air, dsb. Tubuh biologis tunduk sama banyak hukum alam; fisika dan kimia.

Baca juga:   Pidato 17 Agustus Bahasa Indonesia Singkat dan Lengkap Cocok Untuk Referensimu

Kalo udah jadi data, kita gak punya batasan fisik. Mirip-mirip hidup di dunia maya, hal yang sebenernya udah kita lakuin tanpa sadar sejak ada internet.

Dari 4 revolusi industri, menurut saya, listrik dan teknologi informasi yang paling penting karena dua revolusi sebelumnya, agrikultur dan mesin, terkait sama penguasaan sumber alam dan energi (fosil).

Listrik dan teknologi informasi membuat ilmu pengetahuan bisa diakses sama semua orang. Revolusi ini bikin hegemoni ekonomi tradisional berantakan.

Kekayaan gak lagi terkonsentrasi di kelompok tertentu. Semua orang bisa kaya.

Dari 500 orang terkaya dunia, mungkin setengahnya terjun di dunia teknologi informasi.

Uniknya, bagi mereka, duit gak ada nilainya. Mereka hambur-hamburkan duit buat riset, terobosan baru, teknologi masa depan seperti robot, medis, kecerdasan buatan, penjelajahan luar angkasa, dsb.

Mana ada raja dan bangsawan yang berinvestasi ke ilmu pengetahuan dan teknologi? Paling-paling mereka pakai duitnya buat bikin istana baru dan nambah selir.

Pertanyaan paling mendasar, paling tua, dan paling penting (menurut saya) adalah mempertanyakan eksistensi hidup; apa itu hidup, siapa kita, dan untuk apa kita hidup. Kecuali orang gila, sebodoh-bodohnya orang pasti pernah bertanya tentang eksistensi hidupnya.

Cuman berhubung males mikir, kebanyakan dari mereka akhirnya cuman ikut-ikutan aja.

Lahirlah ideologi.

Idelogi itu sebenernya cuman pemikiran orang yang kita jadikan tuntunan hidup. Bedanya sama filsafat, ideologi itu cara hidup buat orang lain, kalo filsafat, buat diri sendiri; sifatnya subyektif dan personal.

Tujuan ideologi untuk menyeragamkan pemikiran. Biasanya dipake sama organisasi, institusi, sampai negara biar gak repot ngatur “anggotanya.” Cuman ideologi itu suka ngasih pengecualian ke orang/kelompok yang merumuskan, misal, “Kalian boleh punya bini 4, tapi berhubung gua yang bikin aturan, gua boleh dong13.” Lol!

Baca juga:   Cara Merawat Kacamata K-Ion Nano: Kacamata Terapi untuk Kesehatan Mata

Setelah ada internet, masih ada gak orang yang berpikiran seragam? Gak ada.

Orang udah punya kesadaran sendiri, menerima keunikan dirinya masing-masing, jadi gak perlu lagi nebeng pemikiran orang lain buat dijadiin pedoman hidupnya.

Manusia moderen sepakat, interaksi antar-individu itu diatur sama hukum/kesepakatan. Diluar itu, manusia berhak jadi dirinya sendiri. Orang lain, masyarakat, dan institusi apapun termasuk negara gak boleh ikut campur.

Idealnya sih gitu. Kenyataannya, negara gak mengakui orang nikah beda keyakinan. Lol! Negara itu tugasnya cari duit, bukan cari pahala! Negara yang ngurusin moral warganya adalah negara terbelakang.

Satu-satunya cara untuk memahami alam semesta cuman lewat sains; matematika, fisika dan teman-temannya, gak ada cara lain. Bukan lewat mimpi, kesurupan, tahayul, batu keramat, air suci, tongkat sakti, dsb.

Kalo tuhan yang bikin alam semesta ini, dia pasti suka manusia yang mempelajari ciptaannya dan bikin sesuatu yang bermanfaat bagi mahuk lain, bukan yang horam-harom, holal-halol, kopar-kaper gak jelas.

***

Merupakan tulisan asli dari Andrey Abad isi diluar tanggung jawab Mahasiswa UT

Silahkan folow akun Facebooknya untuk tahu tulisan-tulisan lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *