Kenapa Kita Lupa Akan Jati Diri Kita

Mahasiswa UT – Orang yang bilang politik itu dunia laki-laki, lupa kalo partai terbesar disini dipimpin sama perempuan.

Gak sedikit yang bilang Bu Mega cuman nebeng nama besar bapaknya.

Termasuk saya.

Tapi setelah saya pikir-pikir, kalo orang udah tahu dia cuman modal silsilah, kenapa tetep banyak yang ikut/pilih?

Yang lebih kaya banyak, yang lebih pinter banyak, yang lebih lancar kalo ngomong banyak, yang juga nebeng nama besar orang tuanya juga banyak, kenapa gak laku?

Gimana dia mau nebeng nama bapaknya kalo segala sesuatu tentang bapaknya aja dilarang selama 32 tahun.

Kenapa kita gak terlalu kenal sama kakek, kakek buyut kita?

Karena kakek buyut kita bukan orang penting. Kalo kakek buyut kita presiden, bangsawan, pejabat, atau orang kaya, pasti kita udah nebeng nama besarnya.

Berhubung gak ada yang bisa aku banggakan dari orang tua, kakek, buyut, biasanya orang akan memulai keluarga baru setelah menikah nanti.

Kenapa kita gak termotivasi sama keluarga kita sendiri?

Kenapa kita seperti gak punya panutan?

Kenapa gak ada cerita tentang kegigihan dan keuletan mereka yang bikin kita tangguh?

Tapi kenapa orang Tionghoa beda?

Kenapa mereka masih pasang foto kakek-nenek buyut 5 generasi sebelumnya?

Di rumah orang Tionghoa pasti ada foto hitam putih embah-embah keriput ukuran poster di ruangan utama. Meskipun bukan orang penting, mereka adalah orang paling penting di keluarga.

Orang Tionghoa bangga punya kakek nenek buyut pekerja keras. Tiap kali ada anggota keluarga yang males atau bandel, selalu ingetin, “Kamu gak malu sama engkong? Dia dulu gini gitu, hebat, gigih, ulet, pernah rugi sampe sekian sekian, pernah ditipu orang bla.. bla.. bla..” dan cerita-cerita lain.

Baca juga:   10 Peribahasa dengan Kata 'Hilang' yang Penuh Makna

Keluarga kita gak punya cerita kayak gitu. Padahal itu penting buat pembentukan karakter dan jati diri.

Kita mau ngakuin kehebatan mereka, gengsi. Mau tiru etos kerja mereka, gak mampu. Pengen kawinin anaknya, mereka yang ogah,

Kita lebih tertarik sama hikayat penggembala schizophrenia dan drama keluarganya dari pada asal-usul bangsa sendiri.

Makanya kita kebingungan dan kehilangan jati diri.

***

Merupakan tulisan asli dari Andrey Abad.

Silahkan folow akun Facebooknya untuk tahu tulisan-tulisan lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *