Mahasiswa UT, Teori Kepemimpinan Kontemporer – Tulisan ini adalah materi yang diberikan pada kegiatan Tuton UT untuk mata kuliah Manajemen EKMA 4116.
***
Dalam setiap perusahaan, kelompok atau organisasi pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Agar tujuan-tujuan tersebut tercapai secara efektif dan efisien, dibutuhkanlah seorang sosok pemimpin.
Oleh karena itu, sosok pemimpin tersebut harus memiliki sifat kepemimpinan dengan baik dan benar.
Kepemimpinan itu sendiri didefinisikan oleh Terry (Kartono, 1998 : 38) sebagai aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok. Sudah sejak lama pemikiran tentang pentingnya kepemimpinan dalam menjalankan sebuah organisasi terwujud. Ini dapat dilihat melalui teori-teori kepemimpinan yang telah muncul sejak lama
Kepemimpinan adalah sebuah kekuatan atau kemampuan yang ada di dalam diri seseorang. Sikap kepemimpinan ini nantinya digunakan ketika memimpin.
Salah satu faktor yang dimiliki pemimpin adalah dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Hal tersebut dikarenakan umumnya sikap kepemimpinan dibutuhkan seseorang dalam memimpin sebuah pekerjaan atau organisasi.
Teori kepemimpinan kontemporer meliputi teori atribusi kepemimpinan yang mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata merupakan suatu atribusi yang dibuat orang atau seorang pemimpin mengenai individuindividu lain yang menjadi bawahannya. Hingga saat ini ada 3 teori utama dalam teori kepemimpinan konteporer, yaitu:
Teori Kepemimpinan Psikoanalisis
Kets de Vries berusaha menggunakan pendekatan psikoanalisis (analisis psikologi) Sigmund Freud untuk menjelaskan perilaku pemimpin.
Menurut Sigmund Freud, seseorang berperilaku karena ingin memenuhi kebutuhan bawah sadarnya. Kebutuhan tersebut bahkan tidak disadari oleh yang bersangkutan. Kebutuhan tersebut kadang-kadang dapat ditelusuri pada masa kecil seseorang.
Seseorang yang pada masa kecilnya tidak pemah mendapatkan mainan akan sangat senang mengumpulkan mainan pada masa dewasanya. Orang tersebut barangkali tidak sadar mengapa saat ini suka mengumpulkan mainan. Mainan tersebut ternyata untuk memenuhi kebutuhan mainan yang belum pernah terpenuhi pada waktu ia masih kecil.
Seorang pemimpin berperilaku tertentu barangkali bukan karena untuk memenuhi kepentingan bawahannya, tetapi barangkali untuk mengkompensasi kepribadiannya yang frustasi.
Seorang pemimpin barangkali malah bertingkah seperti anak berumur tiga tahun. Napoleon Bonaparte, jenderal Perancis yang mahir perang, barangkali bukan karena tujuan nasionalisme, tetapi karena ingin memenuhi kebutuhan bawah sadar. misalnya karena beliau dilarang bermain perang-perangan pada masa kecil.
Dalam teori ini de Vries menjelaskan bahwa perilaku manusia dapat sangat kompleks. Sehingga, penampilan luar tidak dapat dijadikan pegangan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan kembali analisis teori alam/manusia yang paling dasar untuk memahami perilaku manusia atau pemimpin yang sangat kompleks.
Read more... / Baca selengkapnya...