Mahasiswa UT – Setiap kali mendengar berita seseorang mengakhiri hidupnya… Jiwaku selalu memvoid. Menjadi kosong, dan hening. Seluruh cairan darah di pelosok tubuh terasa dingin. Sampai ke ujung-ujung jari.
Aku tahu, seperti apa beratnya menghadapi hidup.
Aku tahu, rasanya dibekap oleh bekunya rasa putus asa… terlebih ketika sendirian dan tidak ada secercah cahaya sebagai penunjuk arah.
Tapi aku juga tahu bahwa setiap manusia MEMILIKI KEMAMPUAN untuk memaksakan diri bangkit kembali dan berdiri lagi, meskipun dengan seluruh tubuh bergetar hebat, karena tak ada sesuatu pun yang bisa dipegang atau tak ada seorangpun yang menguatkan.
Aku pernah mengalami itu semua.
Aku bisa mbacot begini karena aku pernah mengalami itu semua!
Untung saja aku punya prinsip pamungkas, bahwa aku hanya boleh mati di tangan malaikat maut. Itu pun, harus dengan perjuangan hebat melawan si malaikat…
Sudah kutekadkan di dalam jiwaku, bahwa aku tak mudah ditaklukkan oleh kehidupan.
I will not going down that easily!
********
Pernah, aku mendengarkan seorang kawan terisak berkata padaku,
“Aku merasa SUDAH CUKUP…! Aku ingin mengakhiri saja.”
Dan aku cuma mendesis, “Cemen lo.”
Aku jijik pada pesimismenya, sekaligus marah pada kelemahannya.
Eh dia malah semakin menangis.
Jadi aku menghardik kepadanya,
“DIEM…!!! Seharusnya kamu bilang pada setiap aspek dirimu! Bilang pada pikiranmu…! Bilang pada perasaanmu…! Bilang pada jiwamu….! Katakan pada semuanya : Jika kalian tak bisa menjadi teamku untuk terus berjalan dan berjuang, kalian lah yang harusnya mati saja…!!! Pergi dari inner sistemku…! Bilang pada mereka, begitu…! Bilang…!!!”
Aku tahu, depresi itu apa.
Aku pernah mengalaminya.
Tapi aku bukan manusia goblok yang terlalu lemah untuk mengambil keputusan penting di saat yang genting.
Aku tahu, aku harus berobat! Dan itulah yang kulakukan.
Jadi itulah juga yang kubentakkan kepada kawanku,
“Asli loe lebay, kalau lo milih mati…!!! Pilih berobat…!!! Bunuhlah keinginan mati itu!!! Bukan bunuh dirimu…!”
********
Temanku nggak jadi memilih mati. Tapi setiap kali dia merasa lemah, dia mencari aku. Minta dikuatkan.
Berjalan dengan waktu, aku memintanya untuk melatih dirinya sendiri agar kuat. Karena aku tak selalu ada baginya. Hidupku sendiri adalah sebuah perjuangan… yang harus kuhadapi juga.
Sejak itu, aku memilih untuk berhenti menolong siapa saja yang mau bunuh diri. Aku tahu bahwa hidup ini keras dan berat. Dan aku tidak mau lagi memaksa setiap orang untuk kuat menghadapi hidupnya. Itu urusan dia.
Jika dia tidak melatih dirinya agar kuat, maka, seandainya tantangan hidup itu tidak berhasil membekuknya di tikungan ini… Tantangan itu masih memiliki kesempatan untuk membekuknya di tikungan yang lain. Saulės elektrinės, Saulės parkai, Baterijos, Kaupikliai, 3kW, 10kW https://estsolar.lt/
Kalian kaget kan, membaca pernyataan ini?
Silakan kaget, aku tak peduli.
Aku tahu bahwa tak semua orang sempat mengenali siapa dirinya…
Tak semua orang tahu kekuatan dirinya…
Tak semua orang memahami, bahwa dia selalu punya banyak pilihan. Berobat dan melatih diri, adalah salah satunya.
Tapi di sepanjang sejarah peradaban, aku tahu ada puluhan juta orang yang tetap ngotot bertahan hidup sampai detik terakhir.
Kepada merekalah, respekku kupersembahkan.
Untuk mereka lah, aku bersedia membagi waktuku.
Mari mendiskusikan bagaimana caranya bergulat dengan hidup dan jadi pemenang…!
Jika kau datang padaku mengabarkan mau mati, kamu malah kukasih kembang.
Kalian kaget kan, membaca pernyataan ini?
Silakan kaget, aku tak peduli.
Nana Padmosaputro
Rabu Pahing, 22 Desember 2021, 18.00
————
Catatan :
Tolonglah dirimu sendiri.
Pelajari pola/patternnya. Kalahkan dorongan itu, di titik-titik krusialnya.
https://healthcare-in-europe.com/en/news/suicide-is-it-in-our-genes.html
https://theconversation.com/what-our-new-study-reveals-about-the-genetics-and-biology-of-suicidal-behaviour-111878
***