Mahasiswa UT – Kegiatan menulis adalah suatu kegiatan menyenangkan yang membingungkan bagi sebagian orang. Misalnya saja saat menulis bahasa bahasa Indonesia, meski dilakukan oleh seorang penutur asli, bisa saja masih mengalami kesalahan. Terutama pada tahap menyunting.
Menyunting tata bahasa tidak selalu harus dilakukan oleh para penyunting atau editor sepenuhnya. Kita pun yang sering menulis juga harus terbiasa menerapkan proses menyunting sederhana. Sehingga ketika naskah diterima oleh editor, tidak banyak revisi yang diberikan pada bagian tata bahasanya.
Berikut, 5 Tips Sederhana untuk Kamu Terapkan saat Menulis
1. Pahami perbedaan ‘di-‘ yang dirangkai dan ‘di’ yang dipisah
Kesalahan penggunaan ‘di-‘ yang dirangkai dan ‘di’ yang dipisah masih sering terjadi. Kadang kala kesalahan penulisan dua bentuk ini menimbulkan perbedaan makna. Oleh sebab itu, kesalahan-kesalahan ini harus mulai diminimalisasi. Paling tidak, kita dapat menerapkannya ketika berkirim pesan dengan orang lain di media sosial.
Dalam hal ini, ‘di-‘ berkedudukan sebagai awalan yang merupakan pembentuk verba pasif dan harus ditulis serangkai. Sedangkan ‘di’ merupakan kata depan yang berfungsi sebagai penunjuk tempat dan harus ditulis terpisah.
Ciri awalan ‘di-‘ dapat diganti dengan ‘me-‘, contohnya kata ‘dilarang’ bisa diganti menjadi ‘melarang’. Sementara itu, ciri ‘di’ yang dirangkai dapat diganti dengan ‘ke’ atau ‘dari’ yang dapat menunjukkan tempat, contohnya ‘di mana’ bisa diganti menjadi ‘ke mana’.
2. Penggunaan kata hubung ‘tetapi’ dan ‘namun’
Penyuntingan sederhana yang bisa kamu terapkan dalam tulisanmu yaitu memahami kapan menggunakan kata hubung ‘tetapi’ dan ‘namun’. Kesalahan yang satu ini juga kerap kali ditemui.
Kata hubung ‘tetapi’ merupakan kata hubung intrakalimat pertentangan yang selalu didahului tanda baca koma. Kata hubung ini terletak di tengah kalimat, bukan di awal kalimat.
Sementara kata hubung ‘namun’ merupakan kata hubung antarkalimat yang harus selalu diletakkan di awal kalimat. Jadi, sekarang sudah paham kan mana kata hubung yang harus berada di awal dan di di tengah kalimat?
3. Penulisan bentuk kata hubung yang keliru
Apakah kamu sering menemui kata ‘dikarenakan’? Jika, iya, apakah kamu pernah berpikir ada yang janggal dalam pembentukan kata tersebut?
Ya, bentuk kata itu memang janggal. Pembentukan kata ‘dikarenakan’ keliru, sebab kata ‘karena’ merupakan sebuah kata hubung. Jenis kata hubung tidak bisa diberi imbuhan.
Bentuk kata ini muncul melalui analogi dengan kata ‘disebabkan’, padahal kata ‘sebab’ merupakan kata benda yang bisa diberi imbuhan. Jadi, cukup gunakan kata ‘karena’, ya.
4. Penggunaan partikel ‘pun’ yang dirangkai dan dipisah
Penerapan penyuntingan sederhana yang bisa kamu lakukan berikutnya yaitu dengan memperhatikan penggunaan partikel ‘pun’. Sejatinya penulisan partikel ‘pun’ ditulis terpisah. Misalnya pada kata ‘apa pun’ dan ‘siapa pun’.
Namun ada pengecualian, yakni dalam dua belas kata hubung berikut ini, penulisan ‘pun’ harus dirangkai: adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.
Wah, ternyata mudah kan? Sebaiknya ke-12 kata pengecualian ini dihafal.
5. Penggunaan pasangan kata
Dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan adanya pasangan kata. Keberadaan pasangan kata sering kali ditulis tidak tepat. Misalnya saja dalam sebuah kalimat terdapat kata ‘bukan’, lalu kata itu dipasangkan dengan kata ‘tetapi’. Hal itu merupakan penulisan yang keliru.
Pasangan kata ‘bukan’ yang benar yaitu ‘melainkan’. Contoh penggunaannya sebagai berikut:
Dia bukan pacarku, melainkan kakak kandungku.
Pasangan kata yang salah digunakan berikutnya yaitu kata ‘tidak’ dipasangkan dengan kata ‘melainkan’. Hal itu keliru, karena seharusnya pasangan kata ‘tidak’ adalah ‘tetapi’. Contoh penggunannya sebagai berikut:
Anak itu tidak bodoh, tetapi malas belajar.
***
Nah, itulah 5 Tips Sederhana untuk Kamu Terapkan saat Menulis. Semoga bermanfaat.
Sumber: 5 Bentuk Tips Sederhana yang Bisa Kamu Terapkan di Tulisan