Mahasiswa UT, Stres Kerja: Pengertian, Jenis dan Gejalanya – Tulisan ini merupakan kutipan dari buku “STRESS Kerja” karya Gusti Yuli Asih, S.Psi, M.Si., Prof. Hardani Widhiastuti, MM, Psikolog, Rusmalia Dewi, S.Psi, M.Si, Psikolog. Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT). ISBN: 978-602-9019-55-1.
***
Pengertian Stres Kerja
Stres sebagai akibat ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber daya yang dimiliki individu, semakin tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi juga stress yang dialami individu, dan akan mengancam.
Stres merupakan reaksi negatif dari orang-orang yang mengalami tekanan berlebih yang dibebankan kepada mereka akibat tuntutan, hambatan, atau peluang yang terlampau banyak, (Robbins dan Coulter, 2010:16).
Handoko (2001:200) mengungkapkan stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu berlebihan dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan.
Stres didasarkan pada asumsi bahwa yang disimpulkan dari gejala-gejala dan tanda – tanda faal, perilaku, psikologikal dan somatik, adalah hasil dari tidak/kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya) dan lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif, (Fincham & Rhodes dalam Munandar, 2001: 374).
Stres kerja juga bisa diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Lingkungan pekerjan berpotensi sebagai stressor kerja. Stresor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stress kerja (Waluyo, 2009: 161)
Zaenal dkk (2014: 724) berpendapat stres sebagai suatu istilah payung yang merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, perasaan gemuruh, anxiety, kemurungan dan hilang daya.
Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan. Stres pada pekerjaan (Job stress) adalah pengalaman stress yang berhubungan dengan pekerjaan (King, 2010: 277).
Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan (Mangkunegara, 2013: 155). Pendapat ini didukung oleh Beehr dan Newman (dalam Luthans, 2006: 441) yang mendefinisikan mengenai stres kerja sebagai kondisi yang muncul dari interaksi manusia dengan pekerjaannya serta dikarakteristikkan oleh manusia sebagai perubahan manusia yang memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal mereka.
Bisa dikatakan bahwa stress kerja adalah umpan balik atas atas diri karyawan secara fisiologis maupun psikologis terhadap keinginan atau permintaan organisasi. Stres kerja merupakan faktor-faktor yang dapat memberi tekanan terhadap produktivitas dan lingkungan kerja serta dapat mengganggu individu.
Perbedaan stres dan kecemasan
Luthan (2006: 441) menjelaskan perbedaan antara stress dan kecemasan:
- Stres bukan masalah kecemasan, yang artinya bahwa, kecemasan terjadi dalam lingkup emosional dan psikologis, sementara stress terjadi dalam lingkup emosional, psikologis, dan juga fisik. Stres dapat disertai dengan kecemasan, tetapi keduanya tidak sama.
- Stres bukan hanya ketegangan saraf: ketegangan saraf mungkin dihasilkan oleh stress, tetapi keduanya tidak sama. Orang yang pingsan menunjukkan stress, dan beberapa orang mengendalikannya serta tidak menunjukkannya melalui ketegangan saraf.
- Stres bukan sesuatu yang selalu merusak, buruk atau dihindari. Eustres tidak merusak atau buruk, tetapi merupakan sesuatu yang perlu dicari, bukannya dihindari. Stres tidak dapat dielakkan, kuncinya adalah bagaimana kita menangani stress.
Stres adalah aspek umum pengalaman pekerjaan, yang paling sering terungkap sebagai ketidakpuasan kerja, tetapi juga terungkap dalam dalam keadaan afektif yang kuat: kemarahan, frustrasi, permusuhan, dan kejengkelan. Respon yang lebih pasif juga umum, misalnya kejenuhan dan rasa bosan (tedium), kelelahan jiwa (burnout), kepenatan (fatigue), tidak berdaya, tidak ada harapan, kurang gairah, dan suasana jiwa depresi (Kaswan, 2015: 247).
Pemimpin kemungkinan tidak memperhatikan ketika karyawan mengalami stress dengan tingkat stress yang rendah sampai menengah. Alasannya adalah stress dengan tingkat seperti itu bias bersifat fungsional dan membawa kinerja karyawan yang lebih tinggi. Akan tetapi tingkat stress yang tinggi, bahkan tingkat stress yang rendah tetapi berlangsung lama, dapat menurunkan kinerja karyawan, sehingga perlu tindakan dari manajemen. Meskipun jumlah stress yang terbatas bisa bermanfaat bagi kinerja karyawan, tetapi jangan berharap seperti itu. Tingkat stress yang rendah dipersepsi karyawan sebagai sesuatu yang tidak dikehendaki.
Stres menurut Gibson dkk (2011: 339) adalah suatu tanggapan penyesuaian, diperantarai oleh perbedaan-perbedaan individual dan atau proses-proses psikologis, akibat dari setiap tindakan lingkungan, situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang.
Berdasarkan pada beberapa pendapat tokoh yang ada di atas maka dapat penulis rumuskan mengenai pengertian dari stres kerja adalah suatu kondisi dari interaksi manusia dengan pekerjaannya pada sesuatu berupa suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan.
Jenis-jenis Stres
Stres tidak selalu buruk, meskipun seringkali dibahas dalam konteks yang negatif, karena stress memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Contohnya, banyak professional memandang tekanan sebagai beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka. Stres bisa positif bisa negatif.
Para peneliti berpendapat bahwa stress tantangan, atau stress yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi berbeda dari stress hambatan, atau stress yang menghalangi dalam mencapai tujuan.
Terkadang memang dalam satu organisasi sengaja diciptakan adanya suatu tantangan, yang tujuannya membuat karyawan lebih termotivasi untuk segera menyelesaikan pekerjaannya. Dengan cara memberikan waktu yang terbatas.
Jenis Stres menurut Berney dan Selye
Berney dan Selye (Dewi, 2012:107) mengungkapkan ada empat jenis stres:
Eustres (good stres)
Merupakan stress yang menimbulkan stimulus dan kegairahan, sehingga memiliki efek yang bermanfaat bagi individu yang mengalaminya. Contohnya Seperti: tantangan yang muncul dari tanggung jawab yang meningkat, tekanan waktu, dan tugas berkualitas tinggi.
Distress
Merupakan stres yang memunculkan efek yang membahayakan bagi individu yang mengalaminya seperti: tuntutan yang tidak menyenangkan atau berlebihan yang menguras energi individu sehingga membuatnya menjadi lebih mudah jatuh sakit.
Hyperstress
Yaitu stress yang berdampak luar biasa bagi yang mengalaminya. Meskipun dapat bersifat positif atau negatif tetapi stress ini tetapsaja membuat individu terbatasi kemampuan adaptasinya. Contoh adalah stres akibat serangan teroris.
Hypostress
Merupakan stress yang muncul karena kurangnya stimulasi. Contohnya, stres karena bosan atau karena pekerjaan yang rutin.
Selye (dalam Davidson dkk, 2010:274) mengidentifikasikan tiga tahap respon sistemik tubuh terhadap kondisi-kondisi penuh stres yang diistilahkan (general adaptation syndrome – GAS):
- Pada fase pertama, yaitu reaksi alarm (alarm reaction), sistem syaraf otonom diaktifkan oleh stres
- Pada fase kedua, resistensi (resistance), organisme beradaptasi dengan stres melalui berbagai mekanisme coping yang
- Jika respon menetap atau organisme tidak mampu merespon secara efektif, terjadi fase ketiga, yaitu suatu tahap kelelahan (exhaustion) yang amat sangat,dan organism mati atau menderita kerusakan yang tidak dapat
Jenis Stres menurut Quick dan Quick
Quick dan Quick (dalam Waluyo, 2009: 161) mengkategorikan jenis stress menjadi dua, yaitu:
- Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang
- Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat tidak sehat, negative, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan ada beberapa jenis-jenis stres antara lain eustres, distres, hyperstres, hypostres.Serta tahapan tubuh terhadap kondisi-kondisi stress yaitu fase pertama reaksi alarm, fase kedua resistensi, dan fase ketiga kelelahan.
Gejala – gejala stres kerja
Individu akan mengalami gejala stress positif seandainya mendapatkan kesempatan untuk naik jabatan atau menerima hadiah (reward). Sebaliknya, jika individu merasa dihambat oleh berbagai sebab di luar kontrol dalam mencapai tujuannya, maka individu akan mengalami gejala stress yang negatif.
Read more... / Baca selengkapnya...
Gejala Stress menurut Beehr dan Newman
Beehr dan Newman (dalam Waluyo, 2009: 164-165) menyebutkan gejala-gejala stress yaitu:
Gejala psikologis
- kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
- perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
- sensitive dan hyperreactivity
- memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
- komunikasi yang tidak efektif
- perasaan terkucil dan terasing
- kebosanan dan ketidakpuasan kerja
- kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi
- kehilangan spontanitas dan kreativitas
- menurunnya rasa percaya diri
Gejala Fisiologis
- Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular
- Meningkatnya sekresi dari hormon stress (seperti: adrenalin dan nonadrenalin)
- Gangguan gastrointestinal (gangguan lambung)
- Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
- Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis
- Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
- Gangguan pada kulit
- Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
- Gangguan tidur
- Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker
Gejala Perilaku
- Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
- Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
- Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
- Perilaku sabotase dalam pekerjaan
- Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan, mengarah ke
- Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda
- Meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi
- Meningkatnya agresivitas, vandalism, dan kriminalitas
- Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman
- Kecenderungan untuk melakukan bunuh
Gejala Stress menurut Robbins & Coulter
Robbins & Coulter (2010: 17) mengungkapkan tentang gejala-gejala stres sebagai berikut:
Fisik
Perubahan dalam metabolisme, bertambahnya detak jantung dan napas, naiknya tekanan darah, sakit kepala, dan potensi serangan jantung.
Perilaku
Perubahan dalam produktivitas, ketidakhadiran, perputaran kerja, perubahan pola makan, peningkatan konsumsi alkohol atau rokok, berbicara cepat, gelisah, dan gangguan tidur.
Psikologis
Ketidakpuasan kerja, tekanan, kecemasan, lekas marah, kebosanan, dan penundaan.
Gejala Stress menurut Robbins dan Timothy
Gejala stres juga diungkapkan oleh Robbins dan Timothy (2016: 434) tentang gejala stres meliputi hal-hal sebagai berikut:
Gejala Fisiologis
Stres dapat menciptakan perubahan di dalam metabolisme, meningkatkan fungsi jantung dan tingkat pernapasan dan tekanan darah, membawa sakit kepala, serta menimbulkan serangan jantung.
Gejala Psikologis
Stres memperlihatkan dirinya sendiri dalam keadaan psikologis seperti ketegangan, kecemasan, sifat lekas marah, kebosanan, dan penundaan.
Gejala Perilaku
Gejala stres yang terkait dengan perilaku meliputi penurunan dalam produktivitas, ketidakhadiran, dan tingakt perputaran karyawan, demikian pula dengan perubahan dalam kebiasaan makan, meningkatnya merokok atau konsumsi alkohol, pidato yang cepat dan gelisah, dan gangguan tidur.
Gejala Stress menurut Munandar
Munandar (2014:375) stres diungkapkan melalui ciri-ciri umum, seperti somnabulisme (tidak dapat tidur), merokok berat, peminum minuman keras, khawatir, mudah tersinggung, gelisah, sulit berkonsentrasi dalam pengambilan keputusan, dan masa-masa lelah yang panjang.
Everly dan Girdano (dalam Munandar, 2014: 378), mengatakan gejala-gejala stres akan mempunyai dampak pada suasana hati (mood), otot kerangka (musculoskeletal) dan organ- organ dalam badan (vesceral). Gejala – gejala distress yaitu:
Ciri-ciri suasana hati (mood)
- Menjadi overexcited
- Cemas
- Merasa tidak pasti
- Sulit tidur pada malam hari (somnabulisme)
- Menjadi mudah bingung dan lupa
- Menjadi sangat tidak-enak (uncomfortable) dan gelisah (ill at ease), menjadi gugup (nervouse).
Ciri-ciri otot kerangka (musculoskeletal)
- Jari-jari dan tangan gemetar
- Tidak dapat duduk diam atau berdiri di tempat
- Mengembangkan tic (gerakan tidak sengaja)
- Kepala mulai sakit
- Merasa otot menjadi tegang atau kaku
- Menganggap jika berbicara
- Leher menjadi kaku
Ciri-ciri organ-organ dalam badan (vesceral)
- Perut terganggu
- Merasa jantung berdebar
- Banyak berkeringat
- Tangan berkeringat
- Merasa kepala ringan atau akan pingsan
- Mengalami kedinginan (cold chills)
- Wajah menjadi „panas‟
- Mulut menjadi kering
- Mendengar bunyi berdering dalam kuping
- Mengalami rasa akan tenggelam dalam perut (sinking filling)
Gejala Stress menurut Maramis & Maramis
Gejala stress menurut (Maramis & Maramis, 2009: 85) adalah sebagai berikut:
- Merasa gelisah dan tidak dapat bersantai
- Mudah marah seperti akan meledak bila ada sesuatu yang berjalan tidak sesuai dengan kemauan.
- Ada waktu-waktu dengan perasaan sangat lelah atau lelah yang berkepanjangan
- Sukar konsentrasi
- Kehilangan minat terhadap rekreasi yang sebelumnya dapat dinikmati dan sudah biasa dilakukan.
- Menjadi khawatir mengenai hal-hal yang sebenarnya tidak dapat diselesaikan dengan perasaan khawatir saja.
- Bekerja berlebihan, meski tidak seluruhnya
- Makin lama makin banyak pekerjaan yang dibawa pulang ke rumah
- Makin banyak merokok atau makin banyak minum minuman keras dibandingkan dengan
- Berulang kali merasa kehilangan perspektif atau merasa masa depan suram mengenai apa yang sebenarnya penting dalam pekerjaan dan keluarga atau mungkin juga dalam
Gejala Stress menurut Lukaningsih dan Bandiyah
Terdapat 9 gejala stress menurut Lukaningsih dan Bandiyah (2011: 71-75):
Nyeri otot
Serangan stress bisa berupa rasa sakit dan nyeri di otot leher. Stres akan mempengaruhi system musculoskeletal yang menimbulkan ketegangan, kontraksi otot, dan kejang pada otot. Bila mengalami gejala stress yang berkaitan dengan otot, cobalah ambil nafas dalam-dalam sebanyak 5-10 kali dan focus pada relaksasi daerah yang tegang pada tubuh. Untuk ketegangan di leher, coba memutar lembut leher atau meminta orang terdekat untuk mengusuk bahu dengan cepat.
Mata berkedut
Kondisi temporer yang sering terjadi akan sangat mengganggu dan mengkhawatirkan, dan ini bisa dipicu oleh stress dengan kondisi yang dikenal sebagai “blefarospasme”. Cara mengatasi mata berkedut, dengan menutup mata dan membayangkan tempat yang paling membahagiakan. Selain itu istirahatkan mata dari pandangan terfokus, lakukan peregangan setiap 20 menit dengan melihat ke luar jendela pada lanskap yang lebih luas.
Gigit kuku
Kuku atau bagian lain di jari terlihat buruk akibat sering digigit merupakan ciri-ciri mereka yang suka gugup. Kebiasaan menggigit kuku merupakan pengalihan yang sering dilakukan perempuan untuk menyalurkan stress dengan mengganggu diri sendiri dengan apa yang dikenal sebagai kepuasan oral. Untuk bisa menghentikan kebiasaan ini, dengan menyalurkannya pada benda lain seperti bola kecil yang bisa diketuk-ketuk atau diputar-putar untuk membantu mengeluarkan stress.
Rongga
Mengulur waktu untuk perawatan gigi merupakan cara cepat membuat gigi berlubang, namun stress bisa juga menjadi penyebabnya. Ada kebiasaan untuk menggerutukan gigi pada siang atau malam hari, sebagai kebiasaan perempuan untuk menelan rasa stress mereka. Perilaku ini tentu saja menjadi rentan terhadap kesehatan gigi dan cenderung merusak gigi. Pengalihan kecemasannya pada pena dan kertas. Sisihkan waktu untuk menuliskan masalah serta melihatnya kembali secara objektif dalam warna hitam dan putih, dan kemudian menuliskan beberapa solusinya.
Ruam
Kulit bisa menjadi barometer terbaik terhadap tingkat stress. Stres dapat menyebabkan ruam, biasanya berupa bintik-bintik erah atau gatal-gatal di perut, punggung, lengan, dan wajah.Bila merasa tingkat stress meningkat, letakkan tangan tepat di atas pusar. Setiap kali menarik nafas, ikuti gerakan tarikan nafas, lakukan nafas panjang dalam-dalam 5-10 kali secara berkala sepanjang hari.
Mual
Stres bias mengganggu perut, dan mual dapat merupakan produk sampingan dari rasa khawatir. Untuk mengatasinya, biarkan air hangat melindas jari-jari, hal ini akan memberikan rasa nyaman.
Kantuk
Hormone stress menyebabkan tubuh melonjak dengan adrenalin dan kemudian menyebabkan kantuk. Stres juga akan merusak kualitas tidur, sehingga ketika bangun akan merasa lelah dan mudah marah. Cara mengatasi dengan tidur lebih awal, atau tidur siang 30 menit, serta jangan merasa bersalah melakukannya. Ada produktivitas besar dalam istirahat, sebab akan dapat memulihkan kondisi dan focus individu
Lupa
Stres kronis secara harfiah dapat mengecilkan ukuran hippocampus, yang bertanggungjawab untuk kolom memori di kepala. Tetapi ukuran itu akan kembali normal setelah stres berkurang. Supaya otak tetap berfungsi optimal, pergilah jalan-jalan, berlari menaiki tangga atau menari sejenak sambil mendengarkan lagu favorit. Latihan seperti ini membuat otak tajam dan bahkan bisa membantu menghadapi saat-saat stres di masa depan.
Kebingungan
Stres menyebabkan gangguan konsentrasi dan menurunnya focus. Hormone stress yang menjadi penyebabnya. Untuk mengembalikan fokus, dengan cara berjalan-jalan di udara terbuka. Sinar matahari bisa membantu melepaskan serotonin tubuh untuk meningkatkan suasana hati dan vitamin D membantu meningkatkan kekebalan tubuh.
***
Berdasarkan beberapa gejala stres kerja di atas maka dapat disimpulkan bahwa gejala stres kerja meliputi gejala fisik, gejala psikis, dan gejala perilaku.
Selengkapnya buku “STRESS Kerja” dapat di akses pada tautan tersebut.