5+ Contoh Puisi Anekdot

Mahasiswa UT, Terinspirasi dari kehidupan sehari-hari, puisi anekdot adalah jendela ke dunia humor yang segar dan menghibur. Contohnya, dalam karya ‘Tikus Bertangan’ oleh Gemilang Ramadhan S, kecerdasan kata-kata dipadukan dengan kejenakaan situasi sehari-hari. Jelajahi keunikan puisi anekdot dan temukan tawa dalam setiap baitnya.

Apa itu Puisi Anekdot?

Puisi anekdot adalah bentuk puisi yang menggunakan kejadian atau cerita kecil dari kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan pesan atau humor. Dalam puisi ini, penulis menggunakan bahasa yang ringan dan lucu untuk menggambarkan situasi kocak atau ironis.

Contohnya, dalam puisi anekdot, pengarang bisa mengekspresikan pengalaman lucu atau kebenaran menyegarkan tentang kehidupan sehari-hari, membuat pembaca tersenyum sambil merenungkan makna yang tersembunyi di balik kata-kata ringan tersebut.

Contoh Puisi Anekdot

Jika kamu masih belum memahami apa itu puisi anekdot, berikut beberapa contoh puisi anekdot tentang berbagai tema dan cerita sehari-hari.

Tikus Bertangan

Karya: Gemilang Ramadhan S

Ketika negeri diambang kemiskinan
Muncul lah spesies baru di negeri ku
Yang baru saja banyak ditemukan dikursi kursi yang mahal
Yang menambahkan penderitaan rakyat

Disaat rakyat susah hanya untuk sekedar makan
Kau malah asyik asyikan makan
Uang
Rakyat

Kenapa dipikiran kau hanya uang
Apakah kau tidak memikirkan yang diatas?
Apakah kau tidak memikirkan rakyat?
Apakah kau tidak malu?

Sungguh kau spesies yang tidak punya malu
Segera lah bertobat
Nikmati hidupmu diluar sana
Jangan habis kan hidup mu di balik jeruji besi

Tikus Pengerat Kehidupan

Karya : Isbakhul L.F.

Gelap
Kegelapan muncul memerangi kehidupan
Tikus-tikus berkeliaran
Tak bosan menaungi kehidupan

Merusak kedamaian
Mengusik ketenangan
Memunculkan tangisan
Mengundang penderitaan

Tikus berdasi
Kau makan nasi rakyat makan hati
Aksi pengeratanmu kian menjadi
Walau rakyat menjerit, kau tetap tak peduli

Hidup di istana kemegahan
Duduk nyaman di kursi kekuasaan
Sibuk menghitung kertas hijau
Berserakan!
Tapi tak sedikitpun
Rakyat jelata yang mencicipi

Hei kau!
Tikus pengerat
Semua tingkah lakumulah yang kan menjadi saksi
Menjadi saksi di kursi mati

Politik Sang Perayu

Karya: Rahma Safitri

Senyum sumringah terpancar di rautnya.
Seolah menunjukkan kejayaannya.
Tebar pesona kesana kemari.
Di bumbuhi janji yang kan tak pasti.

Melenggak-lenggok di atas derita.
Seakan beri harapan bak sang dewa.
Mencoba memikat dan merayu.
Mereka yang tertimpa akan musibah.

Memberi sepercik cahaya.
Tuk genggam harapnya.
Membohongi dunia.
Hanya karena kejayaan semata.

Hey kau sang perayu.
Lihatlah dirimu !
Lihatlah hatimu !
Penuh tipu dan rayu.
Akan yang terucap dalam hati dan lisanmu.

Bukan karena Tuhanmu kau bertingkah laku.
Melainkan karena ego atas kejayaanmu.
Maka tersungkurlah kau dalam karmamu.
Dan tertawalah dunia yang saksikanmu

Tari Sampah di Sungai Banjir

Banjir datang tanpa undangan,
Sungai teriak, “tolong hentikan!”
Masyarakat buang sampah seenaknya,
Sungai pun jadi tarian sampahnya.

Kemasan plastik terbang bersuka,
Botol bekas meluncur menari seru.
Banjir bukan rahasia alam yang tersimpan,
Tapi hasil sampah yang sembarangan dilempar.

Jalan-jalan banjir, rumah-rumah celaka,
Sungai pun jadi panggung pertunjukan alam.
Tak sedar, sampah buang sembarangan,
Menyebabkan banjir, malapetaka muncul tak terduga.

Mari, bersama kita tutup mata batin,
Lihatlah dampak sampah, jangan lupa sadar diri.
Agar banjir tak lagi tarian sampah di sungai,
Bertindak sekarang, bersama menjaga bumi.

Lelaki Janji di Atas Panggung

Di atas panggung, lelaki berkostum rapi,
Janji-janji keluar mulut, melambai-lambai.
Senyum lebar, kata manis bertebaran,
Calon wakil rakyat, ahli janji nan ceria.

“Jalan raya mulus seperti karpet empuk,
Janji pertama yang keluar dari bibir merah itu.”
Tapi di jalan raya, lubang bertambah lebar,
Karpet empuknya tenggelam, janji pun terlupakan.

“Rumah layak huni, milik setiap rakyat,
Janji kedua, seperti dongeng si Kancil yang lincah.”
Namun di desa, rumah-rumah tetap berderet kumuh,
Kancil tertawa, janji-janji terbang seperti debu.

“Air bersih mengalir di setiap keran,
Janji ketiga, semurni air sumber di pegunungan.”
Tapi di kota, keran-keran serasa taman kering,
Sumber-sumber air tertawa, janji-janji tak berdaya.

Lelaki berjanji, panggung pun selesai,
Namun janji-janji itu bagai angin lalu.
Calon wakil rakyat, ahli janji yang ceria,
Janji-janji di atas panggung, realitas tertawa.

Pulang Sekolah, Langkah Pemulung Cilik

Langit biru di atas kepala,
Di jalan sekolah, anak-anak berlari riang.
Namun di sudut kota, di kaki gunung sampah,
Ada anak kecil, jadi pemulung harian.

“Ranselnya bukan buku dan pensil,
Tapi harapan untuk bertahan hidup.”
Kaki kecil itu melangkah ringan,
Membawa tanggung jawab lebih besar dari umurnya.

Bukan hitung matematika yang dikejar,
Tapi berhitung rupiah dari barang temuan.
Bukan bunga-bunga di taman sekolah,
Tapi kantong plastik berbunga di tangan mungilnya.

Pelajaran berakhir saat matahari terbenam,
Tugas rumah bukan kertas, tapi kardus dan kaleng.
Anak sekolah jadi pemulung kecil,
Hidupnya penuh warna, tapi bukan cat air di palet.

“Meski dipaksa belajar di sekolah jalanan,
Dia tetap bermimpi, melihat ke langit setinggi apapun.”
Pemulung cilik, bukan pilihan hati,
Namun, dalam hatinya, terukir harapan bersinar.

Tips dan Cara Membuat Puisi Anekdot

Membuat puisi anekdot menggabungkan unsur kecerdasan kata-kata dengan humor untuk menghasilkan karya yang menghibur. Berikut adalah beberapa tips atau cara untuk membuat puisi anekdot:

  1. Tentukan Tema yang Relevan: Pilih tema yang dapat mengundang tawa dan sekaligus tetap relevan. Misalnya, kejadian sehari-hari atau situasi kocak yang bisa dihubungkan dengan pengalaman pembaca.
  2. Fokus pada Keseharian: Anekdot-anekdot yang sukses seringkali berasal dari kehidupan sehari-hari yang dapat diidentifikasi oleh banyak orang. Pilih kejadian kecil yang bisa membuat orang tersenyum.
  3. Pilih Kata-kata dengan Bijak: Gunakan bahasa yang kreatif dan bermain dengan kata-kata. Pilih kata-kata yang mengundang tawa dan menggambarkan gambaran dengan jelas.
  4. Perhatikan Ritme dan Irama: Puisi anekdot bisa lebih menghibur jika memiliki ritme yang baik. Perhatikan pola irama dan panjang baris untuk menciptakan dentuman atau kesan tertentu.
  5. Gunakan Dialog atau Monolog: Dialog atau monolog dalam puisi anekdot dapat menambahkan dimensi keceriaan. Dialog yang cerdas atau monolog yang lucu dapat membuat puisi lebih hidup.
  6. Hindari Keterlaluan: Walaupun tujuan adalah menghibur, pastikan untuk tidak melanggar batasan etika atau merendahkan pihak tertentu. Humor yang dapat diterima oleh berbagai kalangan lebih efektif.
  7. Sederhanakan Cerita: Puisi anekdot tidak perlu terlalu rumit. Sederhanakan cerita dan fokus pada esensi kehumoran.
  8. Gunakan Imajinasi: Bermainlah dengan imajinasi. Puisi anekdot memungkinkan pengarang untuk menggambarkan situasi yang ekstrem atau lucu.
  9. Perhatikan Akhir Puisi: Akhir puisi sebaiknya memberikan kesan terakhir yang membuat pembaca tersenyum. Pilihan kata-kata terakhir dapat meninggalkan kesan yang kuat.
  10. Beri Ruang untuk Interpretasi: Biarkan pembaca memiliki ruang untuk menafsirkan puisi. Kadang-kadang, ketidakpastian atau permainan kata-kata dapat meninggalkan kesan yang lebih mendalam.
Baca juga:   6 Contoh Puisi Epigram

Dengan menggabungkan kecerdasan kata-kata dan elemen humor, Anda dapat menciptakan puisi anekdot yang menghibur dan memukau pembaca.

Penutup

Itu dia beberapa contoh puisi anekdot yang selain penuh makna juga menawarkan ironi di setiap cerita yang di tampilkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *